Sebagai wilayah paling timur di Indonesia, Papua selain menyimpan potensi alamnya yang indah, keberadaan penyakit yang menyerang hewan ternak sangat beresiko menular ke manusia. Kurangnya pengetahuan terkait penyakit hewan ternak dan higienitas menjadi penyebab utama meningkatnya kematian ternak dan penularan penyakit ke manusia (zoonosis). Meskipun demikian, dengan adanya penyakit ini terdapat peluang industri yang potensial untuk dikembangkan lebih lanjut, seperti produksi vaksin, desinfektan dan pakan ternak berbasiskan teknologi mikrobiologi. Itulah salah satu pesan penting yang didapatkan dari kuliah tamu yang diadakan oleh Jurusan Biologi, Universitas Brawijaya pada hari Rabu, 31 Mei 2017 bertempat di ruang MIPA Center 2.2 pukul 10.00-11.30 WIB. Sebagai nara sumber utama adalah drh. Widi Nugroho, PhD dari Dinas Peternakan Kabupaten Mimika, Papua.
Sebagai wilayah paling timur di Indonesia, Papua selain menyimpan potensi alamnya yang indah, keberadaan penyakit yang menyerang hewan ternak sangat beresiko menular ke manusia. Kurangnya pengetahuan terkait penyakit hewan ternak dan higienitas menjadi penyebab utama meningkatnya kematian ternak dan penularan penyakit ke manusia (zoonosis). Meskipun demikian, dengan adanya penyakit ini terdapat peluang industri yang potensial untuk dikembangkan lebih lanjut, seperti produksi vaksin, desinfektan dan pakan ternak berbasiskan teknologi mikrobiologi. Itulah salah satu pesan penting yang didapatkan dari kuliah tamu yang diadakan oleh Jurusan Biologi, Universitas Brawijaya pada hari Rabu, 31 Mei 2017 bertempat di ruang MIPA Center 2.2 pukul 10.00-11.30 WIB. Sebagai nara sumber utama adalah drh. Widi Nugroho, PhD dari Dinas Peternakan Kabupaten Mimika, Papua.
Kuliah tamu yang dihadiri baik mahasiswa PS S1 yang mengambil mata kuliah Mikrobiologi Industri dan Bioremediasi; dan mahasiswa PS S2 yang mengambil mata kuliah Fisiologi dan Biokimia Mikrobia tampak antusias mengikuti kuliah yang diawali tentang fakta-fakta menarik dan unik tentang Papua. Menurut Tri Ardyati, M.Agr. PhD, selaku koordinator mata kuliah Mikrobiologi Industri, melalui kuliah ini diharapkan dapat menambah wawasan mahasiswa terkait potensi sumber daya alam Papua untuk dikembangkan lebih lanjut dengan memanfaatkan peran mikroorganisme lokal. Juga, diharapkan para mahasiswa tidak merasa takut untuk mengeksplorasi pelosok Papua dan bagian timur Indonesia lainnya baik untuk riset maupun wisata.
“Ditemukannya Porcine circovirus Type 2 (PCV2) strain Papua yang secara filogenetik masih berkerabat dengan strain PCV2 yang ada negara lain seperti Cina, Kroasia dan India” jelas drh. Widi Nugroho, PhD. Menurut hasil riset yang merupakan bagian dari studi program doktoral di University of Adelaide, strain virus ini diklaim memang asli dari Papua. Lebih lanjut dijelaskannya, keberadaan bakteri yang bersifat zoonosis yaitu Streptococcus suis juga terdeteksi baik pada ternak yang sakit (gejala klinis) maupun yang sehat (gejala sub-klinis). Kedua patogen yang belum pernah dilaporkan sebelumnya ini terdeteksi di ternak babi Papua yang menyebabkan menurunnya produktivitas ternak babi lokal. Selain kedua patogen tersebut, masih ada beberapa patogen penting seperti Classical Swine Fever (CSF), Trichuris suis, strongyle parasites dan Streptococcus zooepidemicus. “Sayangnya, penggunaan vaksin untuk beberapa patogen ini belum efektif saat diterapkan di lapangan”, lanjut drh. Widi Nugroho, PhD. Keberadaan diagnostic kits dan vaksin yang spesifik untuk PCV2 dan Streptococcus suis sangat diperlukan untuk meningkatkan kesehatan baik hewan ternak maupun masyarakat di sekitarnya sebagai bagian penting dari paradigma One Health. Kurangnya kandungan protein dalam pakan ternak tradisional Papua, membuka peluang pengembangan industri pakan ternak dengan memanfaatkan single cell protein (alga dan yeast) yang tersedia di alam Papua baik daratan maupun perairannya. (YDJ)
Kuliah tamu yang dihadiri baik mahasiswa PS S1 yang mengambil mata kuliah Mikrobiologi Industri dan Bioremediasi; dan mahasiswa PS S2 yang mengambil mata kuliah Fisiologi dan Biokimia Mikrobia tampak antusias mengikuti kuliah yang diawali tentang fakta-fakta menarik dan unik tentang Papua. Menurut Tri Ardyati, M.Agr. PhD, selaku koordinator mata kuliah Mikrobiologi Industri, melalui kuliah ini diharapkan dapat menambah wawasan mahasiswa terkait potensi sumber daya alam Papua untuk dikembangkan lebih lanjut dengan memanfaatkan peran mikroorganisme lokal. Juga, diharapkan para mahasiswa tidak merasa takut untuk mengeksplorasi pelosok Papua dan bagian timur Indonesia lainnya baik untuk riset maupun wisata.
“Ditemukannya Porcine circovirus Type 2 (PCV2) strain Papua yang secara filogenetik masih berkerabat dengan strain PCV2 yang ada negara lain seperti Cina, Kroasia dan India” jelas drh. Widi Nugroho, PhD. Menurut hasil riset yang merupakan bagian dari studi program doktoral di University of Adelaide, strain virus ini diklaim memang asli dari Papua. Lebih lanjut dijelaskannya, keberadaan bakteri yang bersifat zoonosis yaitu Streptococcus suis juga terdeteksi baik pada ternak yang sakit (gejala klinis) maupun yang sehat (gejala sub-klinis). Kedua patogen yang belum pernah dilaporkan sebelumnya ini terdeteksi di ternak babi Papua yang menyebabkan menurunnya produktivitas ternak babi lokal. Selain kedua patogen tersebut, masih ada beberapa patogen penting seperti Classical Swine Fever (CSF), Trichuris suis, strongyle parasites dan Streptococcus zooepidemicus. “Sayangnya, penggunaan vaksin untuk beberapa patogen ini belum efektif saat diterapkan di lapangan”, lanjut drh. Widi Nugroho, PhD. Keberadaan diagnostic kits dan vaksin yang spesifik untuk PCV2 dan Streptococcus suis sangat diperlukan untuk meningkatkan kesehatan baik hewan ternak maupun masyarakat di sekitarnya sebagai bagian penting dari paradigma One Health. Kurangnya kandungan protein dalam pakan ternak tradisional Papua, membuka peluang pengembangan industri pakan ternak dengan memanfaatkan single cell protein (alga dan yeast) yang tersedia di alam Papua baik daratan maupun perairannya. (YDJ)