Jalak Putih (Acridotheres melanopterus) merupakan spesies burung endemik Pulau Jawa dan Bali yang saat ini terdampak akibat hilangnya habitat, perburuan, dan perdagangan ilegal. Berdasarkan persebarannya, jalak putih telah terbagi menjadi tiga ras yang meliputi: Melanopterus (Jawa Barat hingga Provinsi Jawa Tengah), Tertius (Provinsi Bali), dan Tricolor (Provinsi Jawa Timur). Ras jalak putih tricolor diketahui terdistribusi secara terbatas pada beberapa daerah di Jawa Timur. Secara khusus, populasinya di zona onservasi Taman Nasional Baluran diperkirakan mencapai 170 individu. Maka, survei terbatas mengenai lanskap ekosistem sabana di luar zona konservasi diinisiasi untuk menemukan lokasi potensial bagi habitat Jalak putih ras tricolor di luar zona konservasi.
Hal ini diprakarsai Departemen Biologi Universitas Brawijaya (DBUB) dan Batu Secret Zoo yang bekerja sama dengan Warsaw University of Life Sciences (Polandia) melalui ekspedisi kolaborasi. Ekspedisi ini berfokus pada survei keberadaan jalak putih dan karakteristik habitat terutama di luar zona konservasi, terutama area sekitar Situbondo dan Bondowoso yang masih termasuk dalam gugusan Ijen Geopark – berdasarkan informasi dan studi pendahuluan, kedua area ini disinyalir menjadi habitat alami jalak putih. Selain itu, keberadaan survei ini juga mengawali kerja sama internasional yang dilakukan oleh DBUB dengan salah satu kampus ternama dari Polandia.
Gambar 1. Suasana Sesi Simposium sebagai bentuk penjabaran riset kolaborasi antara DBUB dan Warsaw University of Life Sciences
Sebelum survei dilakukan, terdapat seri simposium ilmiah yang dilaksanakan pada 14 Juli 2022 guna menjelaskan gambaran implementasi survei di lapangan. Presenter dalam seri simposium ini dari DBUB diwakili oleh dua mahasiswa pascasarjana biologi, yaitu Adityas Arifianto dan Agus Nurrofik. Sementara itu, presenter Warsaw University of Life Sciences diwakili oleh mahasiswa pascasarjana Forestry and Life Science, yaitu Jan Rapzyski dan Magdalena Naber. Simposium ini juga turut dihadiri oleh drh. Carolina sebagai perwakilan Batu Secret Zoo sekaligus sponsor yang memfasilitasi biaya serta transportasi dalam dalam kegiatan ekspedisi ini.
Gambar 2. Ekspedisi di Asembagus, Situbondo untuk survei habitat yang ideal bagi Jalak Putih
Gambar 3. Peta lokasi ekspedisi survei habitat alami dari jalak putih
Ekspedisi kolaborasi yang dilaksanakan selama 15 Juli-1 Agustus 2022 menunjukkan belum ditemukannya populasi jalak putih yang ditemukan pada kedua lokasi. Kendala yang terjadi selama ekspedisi di Kabupaten Situbondo terpengaruh oleh kondisi sabana pada lanskap perbukitan yang curam sehingga pengamatan terbatas dapat dilakukan pada daerah yang landai. Sedangkan pada daerah Bondowoso, kendala yang terjadi adalah banyaknya tingginya aktivitas warga dan konversi lahan yang semula hutan menjadi pemukiman. Oleh karena itu, di daerah Kecamatan Asembagus, Situbondo diprediksi merupakan lokasi yang ideal sebagai habitat dari jalak putih dengan kondisi ekosistem sabana yang masih alami dan terisolasi. Kondisi ini juga didukung oleh keberadaan vegetasi yang sesuai dan mamalia besar seperti sapi gembala sebagai fauna yang berasosiasi dengan jalak putih. Ekspedisi kolaborasi diharapkan membuka peluang untuk eksplorasi lokasi yang terletak pada Kabupaten Situbondo sebagai referensi lokasi pelepasliaran jalak putih melalui program konservasi ex situ oleh kebun binatang Batu Secret Zoo di masa mendatang. (AN)