DEPARTMENT OF BIOLOGY

FACULTY OF MATHEMATICS AND NATURAL SCIENCES

Departemen Biologi UB Menginisiasi Pengelolaan Sampah 3R & Kampanye Edukasi Bebas Sampah di Bedengan Camping Ground Selorejo

Tim Dosen, tenaga kependidikan dan mahasiswa Laboratorium Ekologi dan Restorasi Ekosistem Tropika, Departemen Biologi Fakultas MIPA Universitas Brawijaya sangat peduli dan berperan aktif dalam menjaga kelestarian lingkungan, dengan melibatkan pemangku kebijakan serta semua elemen masyarakat. Tim dosen, tendik dan mahasiswa tersebut dari Working Group Bioteknologi Konservasi Ekosistem Tropika (BioKonEkoTrop) yang diketuai oleh Dr. Endang Arisoesilaningsih, beranggotakan Prof. Dr. Catur Retnaningdyah, Viky Vijayanti, MSi, Dr. Muhammad Yusuf, Dr. Purnomo, 23 mahasiswa tingkat Sarjana, Magister dan Doktor Biologi. Berdasarkan inovasi penelitian, pendidikan konservasi lingkungan hidup dan rekam jejak pengabdian kepada masyarakat terkait pengelolaan sampah rumah tangga dan limbah industri di berbagai daerah di Indonesia, tim tersebut telah mengidentifikasi permasalahan terkait pengelolaan sampah yang ada di Bumi Perkemahan Bedengan Selorejo, Malang.

Bedengan Camping Ground (BCG) berada dalam RPH Selorejo, BKPH Kepanjen, KPH Kabupaten Malang menjadi kawasan hutan lestari dengan konsep ekowisata. Destinasi wisata ini dibangun tahun 2007 dengan luas area 13,7 hektar dan pengelolaannya diserahkan kepada LKDPH Wana Lestari di bawah koordinasi Pemerintah Desa Selorejo. Kawasan berada ketinggian 900-1250 m dpl memiliki udara sejuk, sungai berbatu, dangkal dengan air yang jernih dikelilingi oleh area perkemahan ditumbuhi pohon pinus. Pengunjung dilayani setiap hari dan mencapai puncak pada saat libur mencapai 2000 hingga 3000 orang, utamanya anak sekolah untuk outing class, anak muda berkemah dan keluarga dari Malang Raya.

Mengingat besarnya pengunjung saat akhir pekan, saat ini membawa konsekuensi penumpukan sampah pada area perkemahan. Sampah tidak terpilah langsung dikumpulkan di TPS dan diangkut dengan truk ke TPA. Pengelolaan sampah ini membutuhkan biaya hingga Rp 25 juta per bulan. Hal ini mengurangi keuntungan dan investasi untuk pengembangan BCG. Sampah mudah sisa makanan yang mudah busuk tidak dikelola sehingga menjadi sumber masalah dan mengurangi sanitasi lingkungan. Sementara itu, jika sampah wisata alam ini terpilah maka akan menjadi sumber pendapatan baru dan mengikuti standar Pengelolaan Sampah Wisata Alam dari Pusat Keteknikan Kehutanan dan Lingkungan, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan tahun 2020.

Audiensi, koordinasi dan kesepakatan kerjasama telah terjalin antara Ketua LKDPH Wana Lestari dan tim di bawah koordinasi Pemerintah Desa Selorejo menginisiasi kampanye edukasi pengelolaan sampah 3R (Reduce, Reuse, Recycle) sejak bulan Maret hingga Desember 2024 untuk mewujudkan Bumi Perkemahan Bedengan Bebas Sampah tahun 2029. Selanjutnya peningkatan kemandirian, kreativitas dan keterlibatan pengunjung dalam permasalahan sampah wisata alam ini, diharapkan akan relevan dengan empat target: SDG 4 (Pendidikan wanawisata alam berkualitas melalui paket eduwana wisata), SDG 12 (Konsumsi sumber daya alam dan produksi jasa yang bertanggung jawab), SDG 15 (Konservasi ekosistem terrestrial dari pencemaran sampah wisata alam) dan SDG 17 (Kemitraan pengelola dengan stakeholders utama yaitu pengunjung dan mitra perguruan tinggi akan meningkatkan sinergi untuk mencapai tujuan).

Setelah penyiapan materi berupa beberapa leaflets, biokomposter, banner dan spanduk, maka pada tanggal 17 Juli 2024 telah dilakukan kegiatan diskusi 1) Peningkatan pemahaman, fasilitas dan ketrampilan pengelola sesuai panduan teknis KLHK: meliputi materi Kebijakan Pengelolaan Sampah Nasional; Kebijakan Pengelolaan Sampah di Kawasan Wisata; Identifikasi dan Karakterisasi Sampah dari Kegiatan Wisata Alam; Strategi dan Teknik Pencegahan, Pengurangan serta Penanganan Sampah Wisata Alam, Manajemen Pengelolaan Sampah Kegiatan Wisata Alam; Praktek Pemilahan dan Pengolahan Sampah Organik dan Anorganik. Di akhir acara, pengelola dan pemilik warung sepakat menerapkan Program Pengelolaan Sampah dengan 3R. Selain itu, pada 25 Juli 2024 dilakukan benchmarking ke Taman Rekreasi Selekta yang telah menyelenggarakan Program Selekta Bebas Sampah 2024. Akan tetapi, di tempat wisata ini sampah tidak dipilah oleh wisatawan dan pengomposan dilakukan oleh pihak ke-3.

Gambar 1. Kegiatan koordinasi dengan pengelola BCG, pemilik warung dan unit kebersihan, serta penyerahan biokomposter dan contoh tempat sampah terpilah

Penguatan rambu pengelolaan sampah padat di beberapa spot percontohan area prioritas (Gambar 2). Sampah yang telah terpilah akan dijual sehingga telah dilakukan pendaftaran BCG menjadi nasabah Bank Sampah Tirto Taruno Makmur, sehingga sampah terpilah yang masih dapat direuse dan recycle dapat divaluasi. Selanjutnya, peningkatan ketrampilan pengelola warung dalam mengelola sampah mudah busuk menjadi percontohan pengelolaan sampah dengan biokomposter. Hal ini meminimalkan resiko penyakit dan meningkatkan sanitasi lingkungan, selain menghasilkan kompos untuk kesuburan tanaman di sekitar kawasan.

Gambar 2. Tiga rambu yang mendukung kampanye Bedengan Bebas Sampah

 Peningkatan partisipasi wisatawan dalam pemilahan sampah untuk memperkaya paket wisata dalam outing class. Promosi pemilahan dan pengomposan sampah diintegrasikan dalam paket outing class dengan bonus hadiah. Pada tanggal 24 September 2024 outing class eduwisata pengelolaan sampah melibatkan 10 siswa kelas 10 dan kelas 11 dan dua ustadz/ah SMA Al-Hikmah Boarding School Batu sebagai upaya untuk mengenalkan pada generasi muda agar mengenal konservasi lingkungan sekitar dan turut serta secara aktif menjaga kelestarian lingkungan. Kegiatan dilakukan secara santai dan gembira sehingga para siswa mengikuti kegiatan dengan baik dan bisa menangkap semua materi yang telah disampaikan dan disertai dengan pemaparan nilai-nilai religius dalam upaya konservasi lingkungan  serta melakukan praktek dengan antusias (Gambar 3).

Gambar 3. Eduwisata pengelolaan sampah sebagai outing class, Smart Kid Influencer dalam Bedengan Clean Up 2024

Berdasarkan evaluasi yang telah dilakukan pada akhir Oktober 2024 dapat diketahui telah terjadi 1) Peningkatan pemahaman, fasilitas dan ketrampilan pengelola sesuai panduan teknis KLHK ditunjukkan oleh adanya kebijakan pengelolaan sampah dengan 3R di area perkemahan secara bertahap dan ada rencana membangun area pengelolaan sampah sementara. 2) Empat pengelola warung dan pengelola BCG telah memilah sampah. 3) Penguatan rambu pengelolaan sampah padat di beberapa spot percontohan area prioritas. Tersedia contoh biokomposter, tempat sampah terpilah dan rambu pengelolaan sampah. 4) Enam dari tujuh pemilik warung dan pengelola BCG telah mendaftar menjadi nasabah Bank Sampah Tirto Taruno Makmur (BSTTM). 5) eningkatan partisipasi wisatawan dalam pemilahan sampah untuk memperkaya paket wisata dalam outing class. Ditunjukkan oleh kepuasan dan partisipasi anak-anak sekolah atau orang dewasa dalam kegiatan eduwisata pengelolaan sampah dan Bedengan Clean Up. Tujuh luaran tercapai 100%.

Rekomendasi tim pelaksana ke pengelola BCG adalah: 1) Peningkatan sarana dan prasarana pengelolaan sampah padat, cair dan suara di BCG, 2) Induksi dan kampanye pengelolaan sampah di kalangan wisatawan perlu dilakukan secara berkelanjutan, 3) Diperlukan pemantauan rutin oleh pihak pengelola terhadap kinerja wisatawan, pemilik warung dan unit kebersihan, 4) Diperlukan berbagai kemitraan untuk mendukung pembiayaan pengelolaan sampah. Diharapkan hikmah kegiatan ini mampu menginisiasi dan menumbuhkan kesadaran bagi para generasi muda dan wisatawan untuk peka terhadap konservasi lingkungan. Wisatawan selain menyadari pentingnya konservasi alam, juga memahami banyak pahala atas amal shalih yang diperoleh dengan menjaga keindahan alam destinasi wisata Bedengan Selorejo (eas/yh).